Sungguh bangsa ini terlalu bodoh untuk
mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak. Keengganannya belajar
atau meneliti sumber referensi atau argumentasi suatu permasalahan
membuatnya senantiasa terjebak kepada pembodohan demi pembodohan. Sampai
hari ini bangsa yang rakyatnya demikian banyak ini akhirnya telah jatuh
kafir tanpa mereka sendiri menyadarinya, hal itu diakibatkan ajaran
'Islam' (tanda kutip) yang mereka yakini berasal dari Wali Dungu yang
dipuja puja oleh orang stres yang kemudian dikenal dengan sebutan
Walisongo. Mari kita merunut kembali trik-trik istimewa yang dibawakan
oleh 9 orang yang dianggap sakti atau memiliki karomah tersebut. Anehnya
ke 9 orang Wali sakti tersebut tidak pernah menuliskan kitab keilmuan
tentang Islam yang berdasarkan pada Quran dan Hadits yang shahih, namun
justru berbuat aneh. Contohnya ketika Sunan Kalijaga masuk Islam, dia
tidak diwajibkan shalat malah disuruh nungguin tongkat hingga tubuhnya
dipenuhi tanaman merambat. Ini adalah suatu kekafiran atau suatu
pelecehan terhadap Islam. Islam tidak mengajarkan hal seperti yang
dilakukan para Wali sesat tersebut sama sekali. Sayangnya orang orang
dungu terlanjur mencintai Wali setan itu sampai dengan saat ini. Mari
kita mulai teliti beberapa intrik berdasarkan sejarah yang autentik
mengenai perkembangan Islan di negeri ini dahulu kala.
Satu dari 20 orang Jawa mengisap candu,
tulis pakar candu Henri Louis Charles Te Mechelen tahun 1882, seperti
yang tercantum dalam buku Opium To Java karya James R.Rush.
Kebiasaan mengisap candu bukan hanya terjadi di tanah Jawa, tetapi juga
di sejumlah wilayah koloni Eropa di Asia, tulis Te Mechelen yang waktu
itu menjabat sebagai Inspektur Kepala Regi Opium dan Asisten Residen
Yuwana di wilayah Jawa Tengah masa kini. Penikmat candu tersebar di
berbagai kalangan dan meluas di Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pada papan atas, candu dikonsumsi sebagai gaya hidup, disuguhkan
sebagai tanda kehormatan bagi tetamu di rumah para bangsawan Jawa dan
China, tetapi kelompok masyarakat lain juga menjadi pecandu, meskipun
kebanyakan mengonsumsi candu kualitas rendah.
Menurut sejarawan Melayu, Aswandi
Syahri, perdagangan candu di Kota Tanjung Pinang memang dilegalkan
dengan pengawasan Pemerintah Hindia Belanda pada akhir abad ke-19. Candu
diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang China di Tanjung
Pinang waktu itu. Akan tetapi, perdagangan candu di Kota Tanjung Pinang
sebenarnya sudah lama terjadi. Itu dapat dilihat dari sejarah perang
kerajaan Riau yang dipimpin Raja Haji FisabiliLLAAH (maaf setelah ini
saya tidak menempatkan asma ALLAH dibelakang nama raja satu ini )
(1783-1785). Penyulut perang itu adalah masalah candu.
Aswandi menjelaskan, Februari 1782 di
perairan Tanjung Pinang, datang kapal Inggris, yaitu Betsy. Kapal itu
membawa barang-barang perdagangan, termasuk 1.154 peti berisi candu.
Kapal itu kemudian dibajak oleh pembajak dengan kapal La Sainte Therese
yang dinakhodai Mathurin Barbaron, nakhoda asal Perancis. Kapal Inggris
Betsy, lanjut Aswandi, kemudian dibawa oleh Mathurin ke Malaka yang
dikuasai VOC. Raja Haji Fisabili yang mengetahui kejadian itu meminta
pemerintah VOC di Malaka membagi hasil rampasan dari kapal yang dibajak
oleh nakhoda asal Perancis itu.
Akan tetapi, pemerintah VOC di Malaka
tidak ingin membagi hasil rampasan itu. Situasi memanas sehingga pasukan
VOC dari Malaka menyerang Kota Tanjung Pinang yang waktu itu berada di
bawah pemerintahan Raja Haji Fisabili. Kapal besar VOC yang bersandar di
perairan Tanjung Pinang ditembak oleh pasukan Raja Haji Fisabili pada 6
Januari 1784. Ini kemudian dijadikan sebagai tanggal kelahiran Kota
Tanjung Pinang.
Patut dicatat dalam hal ini khusus
mengenai perdagangan candu, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum memperdagangakan ini, para bandar membentuk lebih dahulu para
pemakai aktifnya, yang tentu semua itu harus didahului dengan memberikan
candu secara gratis kepada calon pemakai hingga dia ketagihan, dan yang
pasti hal itu terjadi jauh sebelum perdagangan candu sudah berhasil
sukses pada sekitar abad XVI. Hingga pada abad XVIII, para pengusaha
dari etnis Tionghoa semakin berjaya melalui perdagangan candu dari China
dan Benggala yang diangkut dengan kapal-kapal dagang China. Kemudian
candu-candu itu diselundupkan dengan perahu-perahu nelayan menyusuri
Sungai Lasem dan masuk melalui kanal-kanal atau gorong-gorong air menuju
rumah-rumah pengusaha candu.
Perdagangan tersebut semakin
mengembangkan pecinan, pergudangan, dan kawasan produksi, pengusaha
Tionghoa, baik di sebelah barat maupun timur sungai. Namun, sekarang
keriuhan perdagangan tak lagi terdengar dan kelihatan. Bangunan-bangunan
perpaduan arsitektur China-Eropa di sekitar Sungai Lasem banyak yang
hancur atau tidak terawat. Para pedagang China itu mementuk jaringan
dagang dengan bekerjasama dengan penguasa pribumi, dan sesama pedagang
China melalui perkawinan. Pola kawin politik ini memungkinkan hubungan
ekonomi menjadi sebuah hubungan politik yang mendukung langgengnya
bisnis orang-orang China di Jawa.
Tak heran, jika pada masa peperangan dan
perebutan kekuasaan raja-raja di Jawa, banyak diantara
bangsawan-bangsawan keturunan China ikut terlibat dalam berbagai
perseteruan politik. Salah satu faktor kesuksesan pedagang China
terutama dalam mengelola bisnis candu di Hindia Belanda karena jaringan
dagang yang luas, seluas kekuasaan kompeni Hindia Belanda itu sendiri.
Jaringan perdagangannya meliputi kawasan regional, interegional, dan
antarpulau. Perkembangan konsumsi candu telah menyertai perkembangan
imperium perdagangan orang-orang China. Selain itu para pedagang China
di pesisir utara Jawa Timur pandai menangkap kesempatan dan fasilitas
yang diberikan oleh VOC berupa lisensi berdagang opium, maupun fasilitas
dan perlindungan dari penguasa pribumi. Selanjutnya mereka juga
membangun hubungan dagang dengan sesama etnis China untuk memperkokoh
ikatan diantara mereka sendiri.
Infiltrasi VOC ke pesisir utara Jawa
Timur, telah melibatkan para pedagang China sebagai jalan keluar,
selain kekuatan militer, untuk mengatasi kesulitan perdagangan Kompeni
Hindia Belanda di sana. Kompeni lebih memilih berpartner dengan para
pedagang China karena kepiawaiannya dalam hal berdagang secara koleksi
ataupun distribusi. Dengan membentuk jaringan dagang dengan orang-orang
China di pesisir, Kompeni semakin memperlancar dominasi perdagangan di
wilayah Jawa Timur meliputi Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan,
Probolinggo, Besuki, Panarukan, dan Madura Barat (Bangkalan, Sampang,
Pamekasan).
Belanda melalui Kompeni Belanda di
Hindia Timur (Vereenigde Ost Indische Companie/ VOC) pada 1677
mendapatkan perjanjian dengan raja Jawa ketika itu, Amangkurat II untuk
memasukkan candu ke Mataram dan memonopoli perdagangan candu di seluruh
negeri. Perjanjian serupa juga disusul di Cirebon setahun kemudian.
Sejak tahun 1619-1799 VOC bisa memasukkan 56.000 kg opium mentah setiap
tahun ke Jawa. Dan pada 1820 tercatat ada 372 pemegang lisensi untuk
menjual opium.
Berikut adalah beberapa riwayat yang
seharusnya membantu menyadarkan umat akan adanya perbedaan antara ulama
yang benar dan palsu. Kebanyakan dari ulama yang benar pada hari ini,
tidak lain berada di dalam tahanan atau di barisan depan pada medan
pertempuran.
'Abdullah Ibnu 'Abbas berkata bahwa
Rasulullah ShallAllahu 'Alaihi Wasallam, bersabda yang artinya: "Akan
ada penguasa yang kamu kenal dari mereka yang baik dan jahat. Siapa saja
yang menentangnya akan selamat. Siapa saja yang berlepas diri darinya
akan selamat. Dan siapa saja yang bersama dengan mereka akan binasa."
(Dikoleksi oleh Ibnu Abi Syaibah dan At-Tabarani; Al-Al Bany dalam
"Shahih Al-Jaami'", Hadits No. 3661)
Maka sudah sepantasnyalah kita bertanya,
ada tujuan apa kok Walisongo dibudayakan sebagai penyebar Islam di
Indonesia, walau kenyataan ilmiahnya tidak seperti itu. Ada apa dibalik
pembunuhan Syaikh Siti Jenar yang bukan Wali dari China? Anehnya betapa
para Wali tersebut dalam dakwaan terhadap Siti Jenar berdasarkan
pemahaman Syari'at padahal selama ini tidak ada ajaran atau buku
bernuansakan Syari'at peninggalan mereka? Ada apa dengan kisah tentang
para Wali yang semuanya bernilai takhayul mistis dengan budaya candu
yang membuat orang malas hingga Belanda bisa menjajah negeri ini
sebegitu lama. Ada apa juga kedekatan para Wali itu dengan penguasa
ketika itu padahal Islam melarang ulama untuk mendekati penguasa
sebagaimana dijelaskan berikut ini.
Abul A'war As-Sulami berkata bahwa
Rasulullah, bersabda yang artinya: "Hati-hati terhadap pintu-pintu
penguasa; di sana ada kesukaran dan kehinaan." (Dikoleksi Oleh
Ad-Dailamii dan At-Tabaraani; Al-Al Bany "As-Silsilah As-Shahiihah,
Hadits 1253)
Abu Hurairah berkata bahwa
Rasulullah. Bersabda yang artinya: "Siapa saja yang mendekati
pintu-pintu penguasa akan menderita. Siapa dari seorang hamba yang
semakin mendekati penguasa, dia hanya memperbesar jarak dari ALLAH."
(Dikoleksi oleh Ahmad; Al-Al Bany dalam "Sahiih at-Targhiib
wat-Tarhiib", hadits no. 2241)
Jaabir berkata bahwa Rasulullah
bersabda, kepada Ka'ab Ibnu Ujrah, yang artinya: "Wahai Ka'ab Ibnu
Ujrah, Aku mencari lindungan Allah untukmu dari kepemimpinan orang
bodoh. Akan ada penguasa, siapa saja yang datang kepada mereka kemudian
membantu mereka dalam kezaliman dan membenarkan kebohongan mereka, maka
dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan tidak
membantu mereka dalam kezaliman mereka, tidak juga membenarkan
kebohongan mereka, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya,
dia akan diizinkan menuju ke Haud (Dikoleksi oleh Ahmad, Al-Bazzar,
Ibnu Hibban; Al-Al Bany dalam "Shahih At-Targhib wat Tarhib", Hadits No
2243)
Selain itu, ada berbagai riwayat dari
perkataan Shahabat, yang dalam hal ini As-Suyuti telah mengumpulkan dari
'Ali Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, Hudzaifah Ibnu Al-Yaman, dan Abi Dzar,
riwayat yang memperingatkan mendekati penguasa atau pintu-pitu penguasa.
Lihatlah "Maa Rawahul Asaatiin Fii 'Adam Al Majii' Ilas Salaatin".
Ada begitu banyak dengan pengertian yang sama, berikut beberapa contoh:
Ibnu Mas'ud berkata: "Siapa saja
yang menginginkan kemuliaan diennya, maka dia seharusnya tidak datang
kepada penguasa." (dikoleksi oleh Ad-Daarimi)
Ibnu Mas'ud juga berkata: "Seorang
pria datang kepada penguasa, membawa diennya dengannya, maka pergi tanpa
membawa apapun." (Dikoleksi oleh Al-Bukhari dalam "Taarikh"nya dan Ibnu
Sa'ad dalam "At-Tabaqaat").
Hudzaifah Ibnu Al-Yaman berkata:
"Sungguh! Seharusnya tidak ada diantara kalian yang jalan walaupun satu
hasta ke arah penguasa." (Dikoleksi oleh Ibnu Abii Syaibah)
Dia mengumpulkan dari ulama setelah
Salaf, riwayat yang sama dari Sufyan At-Tsauri, Sa'id Ibnu Al-Musayyib,
Hammad Ibnu Salamah, Al-Hasan Al-Basri, Ibnu Al-Mubarak, Abi Haazim,
Al-Awzaa'i dan Al-Fudhail Ibnu Al 'Iyaad.
Disini adalah beberapa contoh dari Ulama Salaf:
Sufyan At-Tsauri berkata: "Jangan pergi,
walaupun jika mereka memintamu untuk mengunjungi mereka hanya untuk
membacakan 'qul huwAllahu ahad'." (Dikoleksi oleh Al-Baihaqi)
Maalik Ibnu Anas berkata: "Aku bertemu
lebih dari 10 dan beberapa Taabi'in, semua dari mereka berkata, jangan
pergi kepada mereka, jangan menegur mereka, yang berat ke penguasa."
(Dikoleksi oleh Al-Khatib Al-Baghdaadi dalam "Ruwah Maalik").
Sufyan At-Tsauri berkata: "Memandang penguasa adalah sebuah dosa." (Dikoleksi oleh Abi Ali Al Aamudi dalam "Ta'liiq"nya)
Bisyr Al-Haafi berkata: "Betapa
menjijikkan apakah itu permohonan untuk melihat seorang ulama, tetapi
kemudian untuk mendapatkan jawaban bahwa dia berada di pintu penguasa"
(Dikoleksi oleh Al-Baihaqi dalam "Syu'ab Al-Imaan")
Siapakah Gajahmada
Gajah Mada asli orang Dayak
Siapakah Gajahmada? Ada masalah apa
yang bergelayut dalam kepribadiannya selama ini? Sekelompok orang telah
membuat waswas para pembesar dayak, itu adalah kelompok pendatang dari
negeri China, kedatangan mereka yang berambisi menguasai atau menguras
kekayaan Kalimantan bagian barat itu membuat para sesepuh harus
mengadakan rapat penting diantara mereka, akhirnya diputuskan untuk
mengutus Patih Gajah Mada ke Jawa untuk memperkuat Majapahit
satu-satunya kerajaan yang dipandang mampu mengimbangi kekuatan kelompok
China itu kelak.Gajah Mada yang memiliki dendam pribadi terhadap
bapaknya yang pedagang China yang telah menelantarkan ibunya begitu saja
segera menerima tugas berat ini.
Gajah Mada asli orang Dayak yang berasal
dari Kalimantan Barat, asal usul kampungnya yaitu di Kecamatan Toba
(Tobag), Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat (saat ini) Gajah Mada
adalah orang Dayak, hal itu berkaitan dengan kisah tutur tinular
masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak Krio yang menyatakan
Gajah Mada adalah orang Dayak. Ada sedikit perubahan nama dari Gajah
Mada pada Dayak Krio menjadi Jaga Mada bukan Gajah Mada namun Dayak
lainnya menyebutnya dengan Gajah Mada.
Sebutan itu sudah ada sejak lama dan
Gajah Mada dianggap salah satu Demung Adat yang hilang. Sebenarnya ia
diutus raja-raja di Kalimantan. Ia berasal dari sebuah kampung di
wilayah Kecamatan Toba (saat ini). Dalam kisah Patih Gumantar Dayak
Kanayatn (Dayak Ahe) Kalimantan Barat bahwa Patih Gajah Mada adalah
saudaranya Patih Gumantar, mereka ada 7 bersaudara. (Baca Buku,
Mencermati Dayak Kanyatan)
Satu lagi soal nama Patih Gajah Mada
bahwa gelar Patih itu sendiri hanya ada di Kalimantan khususnya Kalbar
dan satu-satunya patih di Jawa adalah Gajah Mada itu sendiri, tidak ada
patih lain dan itu membuktikan bahwa gelar "Patih" berasal dari silsilah
kerajaan di Kalimantan bukan dari Jawa.
Memang sejak abad ketiga, pelaut China
telah berlayar ke Indonesia untuk melakukan perdagangan sekaligus
berupaya menjajah negeri yang disinggahinya. Rute pelayaran menyusuri
pantai Asia Timur dan pulangnya melalui Kalimantan Barat dan Filipina
dengan mempergunakan angin musim.
Pada abad ketujuh, hubungan Tiongkok
dengan Kalimantan Barat sudah sering terjadi, tetapi belum menetap.
Imigran dari China kemudian masuk ke Kerajaan Sambas dan Mempawah dan
terorganisir dalam kongsi sosial politik yang berpusat di Monterado dan
Bodok dalam Kerajaan Sambas dan Mandor dalam Kerajaan Mempawah.
Pasukan Khubilai Khan di bawah pimpinan
Ike Meso, Shih Pi dan Khau Sing dalam perjalanannya untuk menghukum
Kertanegara, singgah di kepulauan Karimata yang terletak berhadapan
dengan Kerajaan Tanjungpura. Karena kekalahan pasukan ini dari angkatan
perang Jawa dan takut mendapat hukuman dari Khubilai Khan, kemungkinan
besar beberapa dari mereka melarikan diri dan menetap di Kalimantan
Barat.
Laksamana Cheng Ho
Pada tahun 1407, di Sambas didirikan
"Muslim/Hanafi" (tanda kutip) - Chinese Community. Tahun 1463 laksamana
Cheng Ho, seorang Hui dari Yunan, atas perintah Kaisar Cheng Tsu alias
Jung Lo (kaisar keempat dinasti Ming) selama tujuh kali memimpin
ekspedisi pelayaran ke Nan Yang. Beberapa anak buahnya ada yang kemudian
menetap di Kalimantan Barat dan membaur dengan penduduk setempat.
Mereka juga membawa ajaran Islam yang mereka anut.
Di abad ke-17 hijrah bangsa China ke
Kalimantan Barat menempuh dua rute yakni melalui IndoChina - Malaya -
Kalimantan Barat dan Borneo Utara - Kalimantan Barat. Tahun 1745, orang
China didatangkan besar-besaran untuk kepentingan perkongsian, karena
Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang
China sebagai wajib rodi dipekerjakan di tambang-tambang emas.
Kedatangan mereka di Monterado membentuk kongsi Taikong (Parit Besar)
dan Samto Kiaw (Tiga Jembatan).
Tahun 1770, orang-orang China
perkongsian yang berpusat di Monterado dan Bodok berperang dengan suku
Dayak yang menewaskan kepala suku Dayak di kedua daerah itu. Sultan
Sambas kemudian menetapkan orang-orang China di kedua daerah tersebut
hanya tunduk kepada Sultan dan wajib membayar upeti setiap bulan, bukan
setiap tahun seperti sebelumnya. Tetapi mereka diberi kekuasaan mengatur
pemerintahan, pengadilan, keamanan dan sebagainya. Semenjak itu
timbullah Republik Kecil yang berpusat di Monterado dan orang Dayak
pindah ke daerah yang aman dari orang China.
Pada Oktober 1771 kota Pontianak
berdiri. Tahun 1772 datang seorang bernama Lo Fong (Pak) dari kampung
Shak Shan Po, Kunyichu, Kanton membawa 100 keluarganya mendarat di
Siantan, Pontianak Utara. Sebelumnya di Pontianak sudah ada kongsi Tszu
Sjin dari suku Tio Ciu yang memandang Lo Fong sebagai orang penting.
Mandor dan sekitarnya juga telah didiami suku Tio Ciu, terutama dari
Tioyo dan Kityo. Daerah Mimbong didiami pekerja dari Kun-tsu dan Tai-pu.
Seorang bernama Liu Kon Siong yang tinggal dengan lebih dari lima ratus
keluarganya mengangkat dirinya sebagai Tai-Ko di sana. Di San Sim
(Tengah-tengah Pegunungan) berdiam pekerja dari daerah Thai-Phu dan
berada di bawah kekuasaan Tong A Tsoi sebagai Tai-Ko.
Lo Fong kemudian pindah ke Mandor dan
membangun rumah untuk rakyat, majelis umum (Thong) serta pasar. Namun ia
merasa tersaingi oleh Mao Yien yang memiliki pasar 220 pintu, terdiri
dari 200 pintu pasar lama yang didiami masyarakat Tio Tjiu, Kti-Yo, Hai
Fung dan Liuk Fung dengan Tai-Ko Ung Kui Peh dan 20 pintu pasar baru
yang didiami masyarakat asal Kia Yin Tju dengan Tai-Ko Kong Mew Pak. Mao
Yien juga mendirikan benteng Lan Fo (Anggrek Persatuan) dan mengangkat 4
pembantu dengan nama Lo-Man. Lo Fong kemudian mengutus Liu Thoi Ni
untuk membawa surat rahasia kepada Ung Kui Peh dan Kong Mew Pak,
sehingga mereka terpaksa menyerah dan menggabungkan diri di bawah
kekuasaan Lo Fong tanpa pertumpahan darah. Lo Fong kemudian juga merebut
kekuasaan Tai-Ko Liu Kon Siong di daerah Min Bong (Benuang) sampai ke
San King (Air Mati).
Lo Fong kemudian menguasai pertambangan
emas Liu Kon Siong dan pertambangan perak Pangeran Sita dari Ngabang.
Kekuasaan Lo Fong meliputi kerajaan Mempawah, Pontianak dan Landak dan
disatukan pada tahun 1777 dengan nama Republik Lan Fong.
Tahun 1795
Lo Fong meninggal dunia dan dimakamkan di Sak Dja Mandor. Republik yang
setiap tahun mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok ini pun bubar. Oleh
orang China Mandor disebut Toeng Ban Lit, daerah timur dengan 1000
undang-undang .
Tahun 1795, berkobar pertempuran antara
kongsi Tai-Kong yang berpusat di Monterado dengan kongsi Sam Tiu Kiu
yang berpusat di Sambas karena pihak Sam Tiu Kiu melakukan penggalian
emas di Sungai Raya Singkawang, daerah kekuasaan Tai-Kong. Tahun 1796,
dengan bantuan kerajaan Sambas, kongsi Sam Tiu Kiu berhasil menguasai
Monterado. Namun seorang panglima sultan bernama Tengku Sambo mati
terbunuh ketika menyerbu benteng terakhir kongsi Tai Kong. Perang ini
oleh rakyat Sambas disebut juga Perang Tengku Sambo. Sampai dengan tahun
1850, kerajaan Sambas yang dipimpin Sultan Abubakar Tadjudin II hampir
jatuh ke tangan perkongsian gabungan Tai Kong, Sam Tiu Kiu dan Mang Kit
Tiu. Kerajaan Sambas meminta bantuan kepada Belanda. Tahun 1851, Kompeni
Belanda tiba dipimpin Overste Zorg yang kemudian gugur ketika perebutan
benteng pusat pertahanan Sam Tiu Kiu di Seminis Pemangkat. Ia
dimakamkan di bukit Penibungan, Pemangkat.
Intrik penghancuran Nusantara Majapahit
Raden Wijaya
Belum tunduknya Tatar Sunda kepada
kekuasaan Majapahit tentunya ada sebabnya. Kemungkinan besar karena
leluhur Majapahit (Raden Wijaya) dianggap juga berdarah Sunda Mahisa
Campaka - cucu Ken Arok dan Ken Dedes - berbesan dengan Darmasiksa, Raja
Sunda. Hal itu terjadi karena anak Mahisa Campaka yang bernama Dyah
Lembu Tal diperisteri oleh Rakeyan Jayadarma (putera mahkota / anak raja
Sunda Darmasiksa. Putera Mahkota tersebut meninggal sebelum menjadi
raja dan Dyah Lembu Tal serta anak mereka, Raden Wijaya, kembali ke
Singasari. Raden Wijaya kemudian menjadi menantu Kertanegara (Raja
Singasari terakhir). Raden Wijaya inilah yang menjadi pendiri Kerajaan
Majapahit. Dalam babad Tanah Jawa, Raden Wijaya disebut Raden Susuruh
(Tim Penulis Sejarah, 1984).
Upaya penghancuran Nusantara dibidani melalui agen rahasia kafir yang dikenal dengan nama Walisongo.
Bangunan atas masjid Demak yang dibangun
pada 1466 berupa atap limas piramida susun tiga (gunungan atau meru)
ini sangat kental dengan system 3 peringkat dalam piramida Freemasonry.
Masjid Agung Demak semula bernama Masjid Glagahwangi karena didirikan
di tengah Pondok Pesantren GlagahWangi oleh Walisongo bersama kaum
santri, termasuk Pangeran Jimbun/Raden Husain/Raden Purbo/Raden Patah.
Konon, menurut dongeng pintunya dibuat oleh Ki Ageng Selo, diberi
lukisan binatang mahkota kepala naga dengan mulut terbuka,dan ini adalah
lambang China. Pintu yang semula terletak di tengah masjid itu kini
disimpan di museum. Di belakang masjid terdapat puluhan makam Kasultanan
Bintoro, Demak, misalnya Raden Fattah (1478-1518 Masehi), Raden
Patiunus (1518-1521 Masehi), Raden Trenggono (1521-1546 Masehi), dan
lain-lain. Benda lain yang jadi inventaris masjid ada yang juga disimpan
di museum adalah beberapa lambang dan hiasan. Ada lambang bulus di
pengimaman, surya majapahit, akar mimang atau lambang goib, piringan
putri Campa, huruf-huruf ilahiyah, dan prasasti.
Syekh Siti Jenar
Adanya struktur lambang dan bangunan
itu menggambarkan dengan nyata bahwa para Wali yang semuanya China yang
berjiwa Yahudi Freemasonry, kecuali Siti Jenar. Penempatan kuburan
didekat masjid juga semakin memperkuat indikasi mereka adalah agen
Yahudi China Kaifeng, perhatikanlah bentuk keramik yang ada di masjid
paraWali, semuanya bermotifkan China, tidak ada unsur Arab sebagai
asalnya Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Islam
melarang keras dari kebiasan mendirikan kubur dimasjid, gambar-gambar
orang yang dimuliakan, dsbnya. Dijelaskan sebagai berikut :
"Artinya : Allah melaknat
kaum Yahudi dan kaum Nashrani karena mereka menjadikan kuburan-kuburan
para nabi mereka sebagai tempat-tempat ibadah" Disepakati keshahihannya.
Al-Bukhari, kitab Al-Jana'iz (1330), Muslim kitab Al-Masajid (529)
Aisyah mengatakan, "Beliau
memperingatkan terhadap apa yang telah mereka perbuat" Muttafaq 'Alaih.
Al-Bukhari, kitab Ash-Sholah (435, 436), Muslim, kitab Al-Masajid (531)
Ketika Ummu Salamah dan Ummu Habibah memberitahu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang suatu gereja yang ada gambar-gambarnya, beliau bersabda.
"Artinya : Mereka adalah
kaum yang apabila seorang hamba yang shalih di antara mereka meninggal
atau seorang laki-laki yang shalih, mereka membangun masjid di atas
kuburannya dan membuat gambar-gambar itu di dalamnya. Mereka itu adalah
sejahat-jahatnya makhluk di sisi Allah" Disepakati keshahihannya
Muttafaq 'Alaih. Al-Bukhari, kitab Ash-Sholah (434), Muslim, kitab
Al-Masajid (528)
Beliau juga mengatakan.
"Artinya : Ketahuilah,
sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan-kuburan
para nabi mereka dan orang-orang shalih mereka sebagai tempat ibadah.
Ketahuilah, maka janganlah kamu menjadikan sebagai masjid, sesungguhnya
aku melarang kamu dari hal itu" Dikeluarkan oleh Muslim, dalam kitab
shahihnya, dari Jundab bin Abdullah Al-Bajali kitab Al-Masajid (532)
Sebagaimana diketahui, bahwa shalat di
kuburan berarti telah menjadikannya sebagai masjid (tempat sujud), dan
barangsiapa yang membangun masjid di atasnya berarti telah menjadikannya
sebagai masjid. Maka harus dilakukan adalah menjauhkan kuburan dari
masjid dan tidak menguburkan mayat di dalam masjid, hal ini sebagai
manifestasi perintah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sikap waspada terhadap laknat yang telah dilontarkan dari Allah Azza wa Jalla
kepada yang membangun masjid di atas kuburan. Sebab, jika seseorang
shalat di masjid yang ada kuburannya, setan akan menggodanya agar
memohon kepada mayat yang ada di dalam kuburan tersebut, atau meminta
pertolongan kepadanya, atau shalat dan sujud kepadanya, sehingga dengan
demikian ia akan terjerumus kedalam syirik besar. Inilah perbuatan kaum
Yahudi dan Nashrani, maka harus menyelisihi mereka dan menjauhi cara dan
perbuatan buruk mereka itu.
Jika kuburan itu sudah sangat lama, lalu
akan dibangun masjid di atasnya, yang wajib dilakukan adalah
menghancurkan dan menghilangkan kuburan itu terlebih dahulu, dan ini
berarti perombakan. Demikian sebagaimana disebutkan oleh para ahlul ilmi
untuk menghindari faktor-faktor penyebab kesyirikan dan untuk mencegah
keburukan-keburukannya. Hanya Allahlah yang mampu memberi petunjuk.
[Majmu Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi'ah, juz 4, hal.388-389]
Pergerakan Walisongo ini dipelopori oleh Sunan Ampel pada th 1474 yg terdiri dari 9 Wali yaitu:
- Sunan Ampel alias Bong Swie Ho
- Sunan Drajat alias Bong Tak Keng
- Sunan Bonang alias Bong Tak Ang
- Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang
- Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo
- Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su
- Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho
- Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat
Apakah para Wali itu pernah membuat
kitab keilmuan sebagaimana yang dibuat oleh para 'Ulama sepanjang abad
ini ??? tidak ada, mereka tidak membuat buku ilmiah satupun. Disinilah
kita patut mempertanyakan siapakah Walisongo ini. Lalu siapakah Syeikh
Siti Jenar yang satu satunya non China yang dibunuh secara demokratis
oleh para Wali ????Ada tiga pendapat tentang waktu masuknya Islam di
Nusantara yaitu :
- Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
- Seminar masuknya Islam di Indonesia (di Aceh) sebagian dasar
adalah catatan perjalanan Al Mas'udi, yang menyatakan bahwa pada
tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung
ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab
Muslim di pantai timur Sumatera.
- Seminar mengenai Masuknya Islam ke indonesia di Medan pada
Ahad 21-24 Syawal 1382 H (17-20 maret 1963 H) yang salah satu
kesimpulannya adalah Islam telah masuk ke Indonesia langsung dari
Arab.
- Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History
(1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada
abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu
singgah di Sumatera dalam perjalannya ke China.
- Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago,
di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan
India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
- Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
- Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
- Prof. S. Muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya
berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia,
menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum
Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum
muslimin Indonesia.
- W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources,
menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T'ang memberitahukan
adanya Arab muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta
Shih = Arab Muslim).
- T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
- Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
- Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di
daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimun dan
rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq'ah
yang berangka tahun (dimasehikan 1082)
- Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
- Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai
adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada
tahun 1292 M.
- K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
- J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
- Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje;
dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13.
- Pendapat ini juga disampaikan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg.
Namun, pendapat ini memperoleh sanggahan dari : H. Agus Salim, M.
Zainal Arifin Abbas, Sayeg Alwi bin Tahir Alhada, H.M Zainuddin,
Hamka, Djuned Parinduri, T.W. Arnold yang berpendapat Islam masuk
ke Indonesia telah dimulai sejak abad ke-7 M.
Islam masuk di Pulau Jawa.
HAMKA
Prof. Hamka dalam Sejarah Umat Islam
mengungkapkan, pada tahun 674 sampai 675 Masehi duta dari orang-orang Ta
Shih (Arab) untuk China yang tak lain adalah sahabat Rasulullah sendiri
Muawiyah bin Abu Sofyan, diam-diam meneruskan perjalanan hingga ke
Pulau Jawa. Muawiyah yang juga pendiri Daulat Umayyah ini menyamar
sebagai pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu. Ekspedisi
ini mendatangi Kerajaan Kalingga dan melakukan pengamatan. Maka, bisa
dibilang Islam merambah tanah Jawa pada abad awal perhitungan Hijriah.
Karena telah lama Islam berkembang di
Nusantara, maka timbullah ukhuwwah yang sangat kuat bagi para pemeluknya
sampai pada masa yang akan datang, Ukhuwah yang erat antara Aceh dan
Kekhalifahan Islam itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi
Makkah. Puncak hubungan baik antara Aceh dan pemerintahan Islam terjadi
pada masa Khalifah Utsmaniyah. Tidak saja dalam hubungan dagang dan
keagamaan, tapi juga hubungan politik dan militer telah dibangun pada
masa ini. Hubungan ini pula yang membuat angkatan perang Utsmani
membantu mengusir Portugis dari pantai Pasai yang dikuasai sejak tahun
1521. Bahkan, pada tahun-tahun sebelumnya Portugis juga sempat
digemparkan dengan kabar pemerintahan Utsmani yang akan mengirim
angkatan perangnya untuk membebaskan Kerajaan Islam Malaka dari
cengkeraman penjajah. Pemerintahan Utsmani juga pernah membantu mengusir
Parangi (Portugis) dari perairan yang akan dilalui Muslim Aceh yang
hendak menunaikan ibadah haji di tanah suci.
Snouck Hugronje
Akhirnya penemuan Prasasti Batu Nisan
bertarikh 127 Hijriah (745) Masehi menjawab perdebatan panjang para ahli
sejarah mengenai kedatangan Islam di Indonesia. Prasasti itu ditemukan
di Kecamatan Sandai sewilayah tempatnya Mahapatih Gajah Mada yang
merupakan murid dari Syaikh Subakir, dia sangat bernilai menyingkap
pembodohan sejarah saat ini. Islam yang belum mapan di Gujarat dan China
tidak mungkin akan menyebar sampai kesini. Siapakah para Walisongo
sebenarnya, ada keterkaitan apa mereka dengan kerjasama China Belanda
(VOC) dalam menyebarkan candu di Indonesia, yang dengan candu tersebut
seseorang bisa merasakan seakan akan berada di ranah dunia ghaib dan
misteri, membuat seseorang menjadi mudah tertaklukkan oleh orang yang
menurut dia memiliki kemampuan mistik yang tinggi ????? Silahkan jawab
sendiri. Siapakah Snouck Hugronje yang berpura pura masuk Islam dan
menjadi penyebar Islam yang membuat teori penyebaran Islam di indonesia ?
Kiriman: Indriany Trijanto, Surabaya.
Terkait:
Sumber:
betapolitikana