Apakah ada Kaitannya antara RAND Corporation dengan Pemahaman Ghulatut Takfir?
Oleh: Nurul Islam
Mimbar Tauhid wal Jihad
بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
Amma ba'du:
Tidak
diragukan lagi bahwa banyak ikhwah (kalau tidak seluruhnya) yang
mengikuti perkembangan gerakan busuk dan penuh makar dari lembaga RAND
ini. Yang memiliki salah satu agenda penting yaitu menghilangkan ruhul Islam berupa tatanan hukumnya yang rabbani
dan syariatnya yang berasal dari langit. Menghilangkan juga seluruh
manifestasi kehidupan beragama. Merubah kaum muslimin, bahkan merubah
Islam itu sendiri pada waktunya nanti. Membangun jaringan Islam
"moderat" tentu dengan standar yang mereka tentukan sendiri tentang apa
itu "muslim moderat". Itulah cara merubah pemikiran seluruh kaum
muslimin tidak hanya kaum radikalnya.
Mari kita mulai dengan selayang pandang profil lembaga perusak Islam ini:
- RAND corporation adalah sebuah lembaga think-tank terbesar di dunia.
- Markas besarnya di California (satu kota dengan Facebook)
- Memperkerjakan 1600 analis dan kebanyakan staffnya memliki nilai akademis yang tinggi.
- Anggarannya per tahun 100-150 milyar dolar Amerika
- Salah satu lembaga think-tank paling berpengaruh atas pemerintah amerika dalam mengambil kebijakan.
- Pendukung aliran keras di kementerian pertahanan Amerika. Kementerian pun banyak mendukung proyek dan dana lembaga ini.
- Mempunyai ikatan dengan CIA dan FBI
- Studi dan analisanya banyak membahas soal menghadapi Islam dan kaum muslimin.
- Berkontribusi dalam perencanaan strategi perang terhadap teror (baca: perang terhadap Islam)
- Satu-satunya cabang di dunia, hanya berada di Qatar.
(Sudah
merupakan prinsip strategi) sebuah keharusan bagi suatu pihak bila ia
ingin menyerang lawannya, ia harus mempelajari kepemimpinan lawannya,
pola gerak, tindaknya dan para cendikiawannya sehingga dia mengetahui
seluk beluk tentang lawannya yang akan memudahkannya menyerang dengan
metode yang sesuai waktu dan tempat.
Dari prinsip ini mulailah amerika melakukan studi yang komprehensif tentang salafi jihadi;
pola geraknya dan ulama-ulamanya. Lembaga yang paling menonjol dalam
studi ini adalah RAND corporation, yang membuat pemetaan dan
menyimpulkan bahwa Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi ialah orang yang
paling berbahaya di muka bumi disebabkan buku-buku dan karya tulis
beliau, serta tentu tauhid beliau.
Lembaga
anti teror di akademi militer Amerika, west point (dikenal dengan CTC;
Combatting Terrorism Center) juga merilis karya analisa dengan judul "miltant ideology atlas" (http://www.ctc.usma.edu/wp-content/uploads/2012/04/Atlas-ExecutiveReport.pdf ) di dalamnya tercantum peta para masyaikh salafi jihadi
yang menonjol, beserta ukuran pengaruh masing-masing. Dan Syaikh Abu
Muhammad Al Maqdisi menduduki peringkat yang tak terbantahkan bahaya
pengaruhnya menurut mereka. Kemudian di bawahnya Dr. Abdullah Azzam –rahimahullah-, lalu Syaikh Yusuf Al ‘Uyairi -rahimahullah- dan seterusnya.
Seorang nasrani dari salah satu negara Eropa pun menulis untuk tesis doktoralnya dengan judul "almaqdisi" (setelah kami telusuri di internet, orang tersebut bernama Joas Wagemakers, dengan judul “a purist jihadi-salafi: the ideology of abu muhammad al-maqdisi”).
Di
dalamnya dia membahas tentang Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi, juga
mencantumkan pendapat yang mendukung dan bertentangan dengan Syaikh.
Yang unik adalah seorang nasrani ini ternyata sudah membaca semua buku
Syaikh Al Maqdisi. Yang lebih unik lagi, dia menulis artikel yang
membantah tuduhan bahwa Syaikh Al Maqdisi telah berubah pendapatnya dan
menerangkan di dalam artikel itu bahwa Syaikh -hafizhahullah- tetap "tsabat" beliau tidak berubah keyakinan dan pendapatnya!
Lembaga ini dalam kegiatannya menyingkirkan salafi jihadi
internasional dibantu oleh beberapa pihak, yang paling menonjol adalah
beberapa lulusan al-azhar, Amr Khalid sebagaimana yang tertulis di
laporan yang mereka rilis. Setelah hal itu menemui kegagalan, mereka
meminta bantuan kepada para da'i salafi irja’ dan salafi penganut tasfiyah dan tarbiyah untuk mengeliminasi Islam yang beramaliah dan harokah.
Ikon
yang paling menonjol menurut mereka adalah Syaikh Abu Muhammad Al
Maqdisi -karena mereka anggap sebagai lab intelektual terorisme-. Tapi
lagi-lagi semua usaha ini berujung kegagalan dan mereka belum bisa
menemukan apa yang mereka mau. Pertanyaan yang timbul adalah; siapakah
yang akan mereka jadikan kendaraan selanjutnya? Apakah para ahlu ghuluw?
Wahai saudaraku yang mulia, para pembaca!
Perhatikan hal ini baik-baik dan bandingkan dengan serangan terhadap Syaikh Al Maqdisi dari para muta'alimin (para pelajar) dan yang mengaku ahli fiqih, yang jahil terhadap ‘aqidah dan dien,
yang mereka menisbatkan secara dusta diri mereka kepada dakwah jihad
dan mujahidin, serta mereka berbicara tentang Syaikh Abu Muhammad Al
Maqdisi.
Mereka terbagi kepada tiga kelompok:
- Kelompok pertama adalah kaum ghullat (ekstrim dalam mengkafirkan)
- Kelompok kedua: orang-orang yang
menyelisihi Syaikh Al Maqdisi, dalam soal aqidah, dakwah dan
pemikirannya, bahkan mereka musuh yang paling keras terhadap Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab.
- Kelompok ketiga: ahlul ahwa' yang naif dan tertipu.
Penjelasan
Adapun kelompok pertama:
Syaikh Abu Muhammad amat menaruh perhatian kepadanya, karena jamaah ini
yang paling banyak berpengaruh terhadap kebanyakan pemuda pengusung
dakwah tauhid dan jihad. Hal ini disebabkan (kelompok pertama) banyak
menjangkiti para pemuda itu dan para da'inya.Serta mereka tidak
menemukan dari para pengusung tauhid keingkaran dan peringatan yang bisa
menghalangi mereka dari kesesatan dan kejahilannya.
Bahkan sebagian penganut ghullat
ini diri mereka dinisbatkan kepada jamaah tauhid dan jihad dan isu-isu
terkait. Padahal pendapat mereka yang rusak itu seringkali disebut-sebut
oleh para awwamu syababut tauhid dan dinukil dalam
beberapa kesempatan. Yang terkadang isu-isu yang diangkat itu, yang
dinukil ulang terdapat di dalamnya khilaaf (perbedaan pendapat) yang
diperbolehkan syariat.
Maka
syaikh abu muhammad mewajibkan untuk berlepas diri dari
pemikiran-pemikiran ini dan memerangi penganutnya dan para dai yang
menyeru kepadanya sehingga tidak tercampur antara kemurnian dan keaslian
dakwah tauhid wal jihad dengan ghuluw dan penyelewangan.
Mereka ini bermacam-macam jenisnya tergantung ke-ghuluw-an yang mereka anut, sebagaimana berikut:
Pertama: Orang-orang
berpendapat bahwa semua manusia itu kafir, karena hukum asal para
manusia ini kafir, kecuali ada dalil lain yang menyatakan sebaliknya,
sedangkan dalil shahih yang mereka akui adalah "ikhtibaar islami al-asykhosh" alias menguji keislaman orang-orang dan apa-apa yang mereka pahami dalam permasalahan tauhid yang bermacam-macam secara tafshil
(mendetil). Kalau sesuai dengan akal dan hawa nafsu mereka maka ia
muslim (menurut mereka), kalau tidak demikian berarti tidak muslim.
Seperti misalnya orang yang tidak berpendapat bahwa hukum asal manusia
adalah kafir, maka mereka penganut ghuluw ini menilainya kafir disebabkan dia belum berlepas diri dari kekafiran orang-orang tersebut.
Mereka
ini mengkafirkan Syaikh Ayman Azh Zhawahiri dan Syaikh Abu Muhammad Al
Maqdisi, karena beliau berdua tidak mengkafirkan siapa yang mereka
anggap kafir sesuai pemahaman takfir mereka.
Kedua: Ada
yang berpendapat bahwa hukum asal para imam masjid itu itu kafir, semata
karena masuknya mereka pada posisi itu, tapi mereka mengatakan hukum
asal manusia ialah Islam, sedangkan sebagian yang lain bertawaquf (tidak
menghukumi kafir atau Islam). Inilah orang yang disebutkan di dalam makalah yang berjudul "ghuluw yamhaqu al-barokah".
Ketiga: Selanjutnya ahli mencampur adukkan. Mereka tidak memiliki manhaj tidak pula pemikiran, mereka hanya comot sana, comot
sini dari suatu pendapat kemudian mereka pupuk apa yang ada itu.
Kebanyakan mereka cepat berubah; tentang benar atau salahnya pendapat,
tahdzirnya terhadap sesuatu dan pernyataan terhadap pendapat-pendapat
para ulama.
Mengapa Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi memerangi kelompok ini dengan sengit dan bersikap keras terhadp mereka?
Telah
datang kritik dari beberapa ikhwan bahwa makalah-makalah yang
dikeluarkan oleh Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi justru adalah penyebab
hal ini. Jumlah mereka kian bertambah yang malah membuka medan
peperangan baru yang tidak perlu pada saat ini.
Maka kami katakan kepada para ikhwah ini sebagai jawaban atas persoalan tadi:
Pertama, bahwa sebagian para panganut ghuluw menisbatkan diri mereka kepada dakwah tauhid ini di antara orang-orang tersebut, melalui:
- Mereke menyebut Syaikh Abu Mush'ab
Az Zarqawi–rahimahullah-, mereka mengklaim bahwa mereka mengikuti beliau
dan jihad serta perlawanan beliau, sedangkan Syaikh Abu Mush'ab sendiri
berlepas diri dari mereka.
- Pakaian mereka tidak berbeda dengan pakaian ahli tauhid dan jihad, sama-sama memanjangkan rambut, pakaian a la Afghan dan penutup kepala hitam.
- Mereka juga menggunakan sebagian kitab Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi seperti "Demokrasi Adalah Sebuah Agama" dan "Millah Ibrahim"
sebagai pembukaan untuk dakwah mereka, kemudian setelah beberapa lama
barulah mereka menyebarkan racunnya, mentakfir masyarakat dan para
ulama.
Syaikh
Abu Muhammad mengetahui bahayanya golongan ini, kemungkinan penyebaran
kebatilan dan pertambahan pengikut mereka diantara para pemuda pengusung
tauhid. Maka beliau menetapkan untuk mengambil langkah-langkah
penanggulangan dengan menekannya dan mengingkari perbuatan dan perkataan
yang dimaksud, serta melakukan tindakan preventif dengan menyeru para
pemuda untuk meninggalkan golongan ini, memutuskan hubungan dengan
mereka dan tidak menghadiri majlis mereka.
Kedua,
mereka memblokir jalan menuju tauhid dan jihad melalui sebagian
perkataan mereka yang keluar dari rel syariat, lalu dipungut oleh
orang-orang licik yang berniat buruk dari kalangan murji’ah dan jamaah
Ikhwan dan Hizbut Tahrir serta jamaah tabligh dan selain mereka, lalu
mereka menyebarkannya bahwa ini adalah pemikiran Syaikh Abu Muhammad Al
Maqdisi dan jamaahnya, sampai terpatri bahwa ini adalah gerakan salafi jihadi di seluruh belahan dunia. Maka sangat perlu adanya pencegahan atas bahaya yang ditimbulkan oleh para panganut ghuluw ini.
Kelompok kedua:
adalah yang berbeda dari Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dari sisi
aqidah, dakwah serta pemikirannya. Mereka menganggap Syaikh Abu
Muhammad Al Maqdisi adalah pencetus pemikiran takfir dan ghuluw.
Ketika
anda memanggil mereka untuk berdiskusi soal ini secara diskusi ilmiyah
dengan kaidah-kaidah ilmiah, mulailah mereka melakukan manuver-manuver
dusta, sesat lagi berdosa dalam debat kusir meninggalkan diskusi ilmiah
yang kokoh dan pasti untuk mencari hakikat kebenarannya secara syariah.
Mereka memiliki beberapa sifat:
- Menganggap syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi adalah orang yang ghuluw dan suka mengkafirkan sembarangan.
- Memerangi manhaj Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tanpa bukti yang jelas tidak pula manhaj yang shahih.
- Mempermainkan urusan jihad dengan
memelintir nasehat-nasehat Syaikh Abu Muhamad Al Maqdisi yang aslinya
(seolah, red) untuk memberi petunjuk kepada para pemuda dalam
amaliyat-amaliyyat meraka, supaya aksi-aksi itu sesuai dengan
prinsip-prinsip siyasah syar'iyah. Mereka memelintir itu untuk memusuhi
jihad dan mujahidin, bahkan meraka menyebut bahwa Syaikh Al Maqdisi
adalah seorang agen dan penipu. (amat besar dosa yang timbul dari ucapan
yang keluar lewat mulut-mulut mereka, mereka tidak mengatakan kecuali
kedustaan).
Mereka
bertingkah busuk dalam perdebatan dan memfitnah Syaikh Al Maqdisi dan
orang-orang yang bersamanya dengan kebohongan-kebohongan. Mereka menuduh
Syaikh yang mulia yang pemahaman fiqihnya luas ini, sebagai orang yang
menyelewengkan maksud syariat dan sesat, disebabkan satu kesalahan
beliau dalam satu masalah fiqih saja.
Lalu
Nasri At Thahayanah mereka tuduh sebagai pencuri, yang membangun
rumahnya dengan harta milik mujahidin, padahal ketahuilah rumahnya saja
tidak luas, untuk menampung lima orang sekaligus saja tidak bisa. Syaikh
sepuh yang tertawan (Abu Muhammad At Tahawi, seorang ulama Yordania)
mereka tuding sebagai orang bodoh dan tolol.
Begitu
pun Umar Zaydan (Abu Mundzir) dituduhnya dengan tuduhan dusta terhadap
apa yang diturunkan Allah. Syaikh Nurudin sebelumnya juga begitu, mereka
tuduh mencuri harta mujahidin, dan mereka juga berusaha melakukan hal
serupa kepada Syaikh Al Fadhil Abu Muhammad Al Abid dan saudara beliau
Abu Asyraf.
Maka
munculah pertanyaan; kenapa mereka melakukan hal-hal yang busuk seperti
d atas kepada para ulama dakwah tauhid wal jihad separti Syaikh Abu
Muhammad Al Maqdisi dan para penuntut ilmu lainnya seperti Syaikh
Nurudin, Umar Zaydan dan siapa pun yang melakukan pengumpulan donasi
untuk keluarga mujahidin yang tertawan semisal Syaikh Abu Muhammad Al
Abid dan saudaranya abu asyraf?
Ketahuilah, mereka itu merupakan perwujudan dari dakwah tauhid dan jihad ini, dari sisi-sisi:
- Teoritis ideologi (para ulama dan para penuntut ilmu)
- Operator lapangan (mereka yang mengurusi keluarga yang ditinggalkan oleh para syuhada dan tawanan)
Maka
sesungguhnya mereka berkonspirasi dan bermakar buruk kepada dakwah ini
dengan suatu metode yang sebetulnya sesuai dengan strategi yang
digariskan oleh lembaga RAND ini, baik sengaja atau tidak sengaja.
Dengan mereka mengetahui strategi lembaga RAND ini atau tidak, dengan
bantuan langsung atau tidak langsung dari dinas keamanan thaghut.
Sukarela atau pun terpaksa. (istilahnya mereka menari dengan tabuhan
gendang RAND corporation).
Masalahnya,
apa pun keadaannya, hasilnya tetap satu, yaitu rencana jahat, sebuah
konspirasi, makar rekayasa untuk menjatuhkan dakwah yang penuh berkah
ini, dengan melakukan pembunuhan karakter, menjatuhkan pengaruh siapa
saja yang mengusung dakwah ini dan tokoh-tokohnya yang menonjol.
Mereka
tidak membatasi diri dalam hal kerja sama, mereka akan bekerja sama
dengan siapa pun, bila hal itu menguntungkan keberhasilan rencana jahat
mereka.
Kelompok yang ketiga: ahlul ahwa yang naif dan tertipu.
Sejatinya
kelompok inilah yang paling berbahaya dan mengkhawatirkan, mereka
mempromosikan pemikiran-pemikiran yang sebetulnya mereka tidak memahami
maknanya, mereka menjebak diri mereka sendiri dalam skema permainan
orang lain tanpa mereka sadari, tidak mereka ketahui sasaran dan
tujuannya.
Maka
anda bisa melihat mereka menukil-nukil kabar berita dan isu-isu lalu
mereka tambah dan kurangi, mencampurkan antara kebenaran dan kebatilan.
Kalau meraka dimintai rujukan dari syaikh mana? dan penafsiran dari
beberapa yang ada di otak mereka, anda lihat mereka tidak bisa menjawab.
Maka
sebetulnya mereka ini tidak bisa mendengarkan, kalau pun mereka
mendengar, mereka tidak bisa memahami, kalau pun paham, mereka tidak
melakukanya dengan baik. Mudah menyebarkan rumor-rumor dan menganggap
diri mereka beda dari orang lain. Sehingga meraka menjadi mangsa yang
empuk, dikarenakan tindakan-tindakan mereka yang tidak disiplin.
Adapun
yang jujur, seperti mereka yang berbeda pendapat dengan Syaikh di
beberapa perkara, tapi mereka masih masuk kepada bagian aqidah dan
tauhid. Mereka sebagian ikhwah yang merupakan para penuntut ilmu tetapi
mereka juga memiliki beberapa penyimpangan yang menyelisihi Syaikh Abu
Muhammad Al Maqdisi, dan mereka pada umumnya tidak berpengaruh di dalam
gerakan. Bahkan, terkadang mereka mengkritisi Syaikh tanpa tujuan untuk
menimbulkan kerusakan dan sekadar qila wa qala saja. Syaikh Abu
Muhammad Al Maqdisi pun seringkali mendorong mereka untuk berdebat dan
berdiskusi, supaya pemikiran mereka terbuka.
...penyakit
hati berupa nafsu terhadap popularitas, erosi keikhlasan, dan sifat
dendam adalah jembatan setan, jin dan manusia semisal lembaga RAND dan
siapa saja yang sama dengan mereka...
Sesungguhnya
penyakit hati berupa nafsu terhadap popularitas dan erosi keikhlasan
dari hati sebagian orang, serta sifat dendam merupakan jembatan setan,
jin dan manusia semisal lembaga RAND dan siapa saja yang sama dengan
mereka.
Ibadah mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah berganti dengan menyerang dan mencela Syaikh salafi jihadi internasional Abu Muhammad Al Maqdisi (semoga Allah menjaganya), dengan restu lembaga RAND dan dinas keamanan lainnya.
"Dan
kami jadikan dari mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami sepanjang meraka sabar dan mereka yakin terhadap ayat-ayat
kami" (Q.S. As Sajdah: 24). Begit lah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kepemimpinan dalam dien
tergantung dengan sabar dan yakin. Kita meminta kepada Allah semoga
Allah memberikan kesabaran dan keyakinan kepada Syaikh Abu Muhammad Al
Maqdisi sampai beliau menemui wajhu robbihi. Sesungguhnya Rabb kami Maha Mendengar lagi Maha Dekat, yang Maha Menjawab doa-doa.
Aku
menuliskan kepada semua yang menyelisihi Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi
tanpa hujjah dan dalil yang jelas dari Al Qur’an dan Sunnah sebuah ayat;
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya
Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala
kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar.” (Q.S. Al Anfal : 29)
Berkata penulis Fi Zhilalil Quran,
sebagai tafsir dari ayat di atas. Bahwa takwa kepada Allah itu
menjadikan hati bisa membedakan mana yang haq dan batil, menyingkapkan
penghalang jalan, tetapi hakikat ini, sebagaimana seluruh hakikat
aqidah, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia yang merasakannya.
Segala urusan itu terjalin di benak dan akal, thariqah itu terjalin dalam pandangan serta pemikiran, dan kebatilan bercampur dengan Al Haq
ketika diri terpisah dari jalan (kebenaran), hujjah matang tapi tidak
mengenyangkan, terdiam tidak berpengaruh terhadap hati maupun akal.
Jadilah jidal dan diskusi sia-sia dan kehilangan tujuan dan hasilnya. Hal itu terjadi manakala taqwa tiada.
Kalau
akal itu terang, yang haq akan jelas, jalan tersingkap, hati menjadi
tenang, nurani pun bersandar dan kaki akan tetap kokoh di atas jalan
(kebenaran).
Al haq itu sejatinya bukan suatu rahasia bagi fitrah, ada hubungan antara kebenaran dan fitrah itu.
Yang
mana dengan itu langit dan bumi diciptakan. Tetapi di sana ada hawa, di
antara al-haq dan fitrah. Hawa ini lah yang menyebarkan mendung yang
menutupi pandangan, membutakan para pejalan serta menutup jalur jalan.
Hujjah itu tidak berpengaruh terhadap hawa, taqwa yang berpengaruh
atasnya, rasa takut kepada Allah. Perasaan selalu diawasi oleh-Nya baik
sendiri sunyi maupun saat telihat ditengah kawan.
Sebab itu, furqon ini, yang menerangi pandangan, memisahkan kerancuan dan menyingkap jalan. Dia tidak ternilai harganya.
Dengan
kalam ini aku menjadi, dan bagi Allah segala pujian aku menutup
pintu-pintu yang bisa dipakai untuk menyerang dan mencela Syaikh Abu
Muhammad Al Maqdisi dan dakwahnnya kepada tauhid dan jihad.
Semoga
hancur dan binasa bagi RAND Corporation, sedang mimbar tauhid dan jihad
senantiasa tinggi dan penuh dengan dakwah dan qital.
[Widad/Abdullah/voa-islam.com]