Ketika gempa dahsyat mengguncang bumi Aceh, dipagi itu yang banyak para pejabat korup bersama para isterinya sedang bersenam jantung agar tetap fit untuk tingkatkan korupsi dan stamina diranjang. Para anj*** yang menuhankan hawa nafsunya tak pernah puas dalam dahaga korup apapun yang tampak, seperti tingkah (hewan) babi yang ek droe jih ‘ut (tahi sendiri ditelan), begitulah tamaknya.
Waktu yang bersamaan, Irwandi Yusuf yang mendekam dalam penjara Keudah kota Banda Aceh, melihat peluang untuk melenggang melarikan diri dari kungkungan terali besi yang sangat kejam, penjara yang membunuh harapan dan cita-cita, yang membunuh cinta dan kasih sayang, yang memisahkan istri dan anak-anak begitu kejam, sebagaimana yang dialami kini berterusan, oleh Tgk. Ismuhadi dan rakan-rakan, di LP (Lembaga Penindasan) cipinang jakarta.
Dan saat yang bertepatan, terjadi peristiwa mukjizat, diantara ribuan mukjizat yang tak terekam oleh kita manusia, hamba Allah yang sangat lemah. Seorang anak berusia 6 tahun bernama Cut Zahra Humaira, kelas I SD di gampong Lam Dingin Banda Aceh, yang lagi becengkrama dengan ayah bunda, adik dan kakaknya, merasakan getaran dahsyat gempa yang menyesakkan dada. Tak lama kemudian datang air bah dari laut menerjang, sang ayah, bunda, adik yang berada dalam pelukan ibunda juga sang abang dicerai beraikan gelombang dahsyat. Hanya sekejap mata sempat memandang, hanya selintas ucapan lirih kerinduan jiwa, Tuhan Engkau jualah tempat kami berharap, kepedihan hati ini hanya sesaat, kami meyakini sang ayah, sang bunda, kakak dan adik kami, Insya Allah menanti kami, dalam surga Engkau wahai Yang Maha Rahim.
Gelombang dahsyat titah Allah Yang Maha Perkasa itu, membawa Cut Zahra sejauh lebih 3 km dalam lindungan sayap Para Malaikat. Keajaiban kekuasaan Allah yang Maha Kuasa, ia terus menghirup nafas kehidupan anugerah Allah tanpa cacat. Tentu ada Rahasia Allah, dalam setiap ruh mahluk Ciptaan-Nya.
Dimanakah kau Irwandi ketika itu ? Kenapa kini kau melupakan semua? Ya… Segala anugerah Allah yang memberi kau nafas kehidupan, membebaskan kau dari penjara terlaknat yang memberangus kebebasan insan. Mestinya anugerah Allah itu menjadikan kau manusia arif yang bersyukur serta menjalankan amanah Allah sepenuh ragamu. Ya… Jabatan gubernur itu adalah amanah, janji dengan Rakyat dengan Allah, yang justru kau khianati. Sungguh bedebah kau.
Maukah kukabarkan kepadamu kepada siapa syaitan -syaitan itu turun ?
Syiatan-syaitan itu turun kepada tiap-tiap orang pembohong lagi berdosa. Mereka yang berlebih-lebihan dalam perkataan. Sungguh mereka mengatakan, apa yang tidak mereka perbuat.
Tiga tahun yang lalu, 2007, Irwandi dipilih Rakyat Aceh sebagai gubernur, dengan harapan ia tentu merasakan bagaimana pahit derita nestapanya rakyat Aceh yang dizhalimi, ditindas keji dan dikorup hak-haknya oleh rezim korup Soeharto. Namun faktanya bagai halilintar menghujam yang sangat menyesakkan dada, dengan kebrutalan syaitan ia khianati saudaranya sendiri. Tak ada baginya teman seperjuangan, tak dalam hatinya rasa persaudaraan, ia kira kekuasaan otoriternya dengan sumpalan uang yang dia suap buat para penjilatnya itu akan mengamankan dirinya dari hukuman Tuhan.
Dalam kesombongan iblisnya itu, ia menganggap kini dirinya sangatlah berkuasa, dari jakarta hingga sinabang bisa dia atur semuanya. Dia tertawa saksikan bagaimana setiap orang datang padanya, menjilat persis anjing demi segepok uang. Semua tanpa kecuali, manggut-manggut dengar brifingnya yang bergaya komandan cantoi, saksikan gayanya saat diwawancarai media penjilat ludah sendiri.
Kini tahun 2010, 4 tahun ia berkuasa dalam kekejian seorang pengkhianat yang tiada tara biadabnya. 6 tahun setelah musibah dahsyat tsunami, Cut Zahra Humaira telah kelas I MTsN Jambo tape. 6 tahun ia jalani kepedihan hidup yang sangat miriskan hati manusia, tanpa ayah bunda, hidup sendiri terlunta-lunta, sejak kelas 2 MIN Lambhuk, hingga selesai, ia tetap meraih rangking I, namun tak sepeserpun ia mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, jangan tanya dari Provinsi. Aku yang hanya bergaji tak lebih dari dua juta setengah, (tentu sebelum dipecat sibedebah) kuupayakan membantu semampuku. Ia teman akrab anakku, Raidha Syafia Luthfiani sejak kelas I MIN.
Wajah merekapun mirip. Cut Zahra Humaira dan Cut Raidha Syafia Luthfi, 2 puteriku karunia Allah. Jelmaan ketangguhan jiwa pejuang Aceh yang tak tertandingi dalam sejarah belahan bumi manapun, Laksamana Keumala Hayati, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, dan masih beribu Cut Nyak yang syahid saat konflik paling brutal dimasa rezim tiran Soeharto yang bersama golkar membantai ribuan rakyat Acheh tak berdosa.
Dimanakah kau Irwandi ? Ketika aku saat itu tetap istiqamah mengungkap korupsi brutal yang dilakoni nyaris seluruh pejabat korup, seperti kini yang kau lakonkan juga bersama para bupati yang dulunya sangat benci melihat para anjing koruptor bedebah itu, dimana keberadaan kau keparat ? Sejak tahun 2002 aku sudah melawan pejabat korup yang sangat keji menindas rakyat miskin, akibatnya tahun 2003 aku dibuang Abdullah Puteh ke pulo simeulue atas saran anj*** penjilat Anas Madam (mantan kadis pendidikan), Sekda Husnitauntop, Saripudinbancylat (Kepala Inspektorat sekarang) dkk. [sk.no.3/988/2003. tgl. 01 Januari 2004]
Bandingkan dengan Dana Korup Gubernur (DKG) Rp. 70 Miliar/tahun, yang dia terima sejak tahun 2007 -2010, totalnya Rp 280 MILIAR, yang menurut laporan Auditor Negara BPK RI yang mereka tuangkan dalam LHP. BPK RI Nomor : 12.C/LHP/XVIII. BAC/06/2010, tanggal 18 Juni 2010, pemeriksaan kegiatan tahun 2009, yang baru disampaikan kepada Gubernur Aceh, beberapa hari yang lalu, menegaskan dengan sangat arogan. bahwa :
Dana korup Gubernur Aceh sebesar Rp. 70 milyar sesuai aturan, dan tidak ada penyimpangan, sudah dikelola dengan sangat baik dan dipertanggungjawabkan dengan sangat profesional sesuai undang-undang. Contoh pertanggungjawaban yang sangat baik itu seperti : Pembelian lahan di Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara seluas 3,7 hektar dengan harga Rp. 2,7 Milyar (harga tanah di kampong saya itu, tidak pun lebih dari 10 juta/ha).
Disini, di Provinsi Aceh, masih ada ratusan ribu siswa yatim piatu/miskin yang nasibnya sama dengan penderitaan Cut Zahra Humaira, yang hingga kini terus menerus hak-hak kehidupan mereka dikorup, cita-cita harapan masa depan mereka ditebas kekuasaan zhalim yang sangat keji. Korupsi sitemik berskala besar APBA di Provinsi Aceh telah berlangsung mulus sejak tahun 2003 – 2010.
Auditor korup BPK RI, pengkhianat rakyat Aceh itupun tidak mempermasalahkan illegal job, yang kita tau, illegal loging dan illegal fishing. Inilah Aceh, jabatan melekat sebagai Komisaris Utama PT. BPD (Bank Penghisap Darah) rakyat miskin di Aceh. Sejak tahun 2000 -Oktober 2010 tidak merupakan pelanggaran manajemen pemerintahan dan kepegawaian oleh kepala BPK (Badan Pengkhianat Keparat) perwakilan Aceh. Bayangkan saja jika seorang Sekda mendapat fee setiap tahun sebagai hasil bunga dana APBA yang dikorup rata-rata sebesar Rp. 3,5 Miliar X 10 tahun = Rp 3,5 Triliun, belum lagi untuk sang Gubernur yang memang sengaja ditutup rapat, agar tidak diketahui publik, namun ada informasi seorang gubernur diberi bonus 4% dari laba korup Bank BPD (Bank Persis Drakula) itu.
Dilindungi penuh oleh para pejabat korup pengkhianat rakyat Aceh BPK RI dan DPRA, diotaki Sekda korup dan disetujui sangat oleh Gubernur bedebah serta Mendagri bangsat. Dan tentu kebrutalan yang sangat keji ini terus berlangsung eksis dengan dukungan media pengkhianat nurani kode etik pers, penjilat ludah sendiri, Serambi Indonesia yang sangat jelas keberpihakannya terhadap Gubernur korup sejak masa Abdullah Puteh. Kini apalagi dikekuasaan Irwandi Yusuf yang memang sangat suka dijilat-jilat. (Saksikan gayanya saat diwawancara yang mirip style gaya seorang mantan presiden kepala pusing, Gusdur, yang mengatakan dirinya Nabi orang Aceh, yang kemudian dikejar oleh Mahasiswa Unsyiah Darussalam, lalu harus pulang lewat pintu belakanag, pada waktu itu).
Tentang data siswa yatim piatu malang ini, yang merupakan kisah nyata dari ribuan siswa malang yang nasibnya bahkan lebih mengenaskan, Cut Zahra Humaira, ia kini bersekolah di MTsN Jambo Tape, kelas I, tinggal dirumah kontrakan ukuran kopel 4×4 meter bersama makciknya, Cek Ni (Ismaryani), di daerah Cot Masjid, Lueng Bata Kota Banda Aceh, berdua mereka mengais kehidupan dalam pasrah yang sangat menganggumkan, daya juang yang sangat hebat, keyakinan janji Allah yang tak goyah didera kekejian kekuasaan korup yang dilakoni dengan sangat brutal, keji, mengkhianati nurani dan menentang kekuasaan Allah Yang Maha Pengasih, oleh sosok manusia yang haus kekuasaan, arogan, buta mata hatinya, bernama Irwandi Yusuf, mantan pentolan gerombolan separatis pengkhianat Bangsa. Waktu itu, jabatannya juru propaganda yang membeberkan kejinya para penguasa indonesia yang mengkhianati rakyatnya, korupsi diseluruh lini, tapi kini justru dia sendiri yang melakoni perbuatan biadab yang dulunya sangat ia benci itu. Begitulah prilaku manusia munafik, pengkhianat Tuhan, keluarga dan penindas rakyat.
Kutantang ia bersumpah dalam balutan kain kafan di Rumah Allah, Masjid Raya Baiturrahman. Karena aku yakin ia penguasa zhalim dan korup, penindas rakyat dan sangat biadab menebas cita-cita dan harapan masa depan putra-putriku, membantai harapan jutaan rakyat Aceh yang miskin, ratusan ribu siswa yatim piatu/fakir dan puluhan ribu yang kehidupannya sangat menyedihkan, sengsara dalam nestapa derita tanpa akhir.
Kutantang pejabat otoriter bangsat itu, agar jelas disaksikan rakyat kebejatan moralnya. Agar terbuka kesombongannya, juga diketahui kekejian dan kepengecutannya. Aku tahu, disekitarnya banyak para tengku penjilat yang sangat faham Ayat-Ayat Allah ketimbang diriku. Jadi kenapa harus takut hey begundal ? Dan sudah 2 minggu tantanganku kusampaikan, memang dasar bangsat pengecut tak dia jawab. Bersembunyilah kau bersama kepengecutan mu itu. Dan suruhlah media penjilat mu untuk selalu tampilkan kehebatan dirimu.
Source : Aceh loen Sayang.co.cc
No comments:
Post a Comment
ya